Selasa, 02 Juni 2020

PENANGANAN PERTAMA SAAT KESELEO/CEDERA OLAHRAGA



Semua orang pasti pernah mengalami keseleo, yaitu adanya rasa nyeri yang dikarenakan kesalahan gerakan,tumpuan, benturan dan lain-lain pada anggota gerak terutama pada jaringan otot dan persendian. Rasa nyeri yang ditimbulkan tersebut disebabkan  adanya reaksi peradangan pada daerah yang mengalami cedera. Anggota gerak yang sering mengalami keseleo diantaranya adalah pergelangan kaki, lutut, pergelangan tangan, siku, bahu dan lain-lain.

Beberapa tindakan yang sering dilakukan dalam penanganan keseleo ini adalah dengan dipijat, diurut, dikompres dan lain-lain. Namun, pernahkah kita bertanya sudah benarkah penanganan pertama yang kita lakukan pada keadaan tersebut ? Sebagai petugas fisioterapi di sebuah rumah sakit, penulis seringkali menjumpai beberapa kesalahan tindakan yang dilakukan dalam penanganan pada keseleo tersebut, dimana sebagian besar kasus keseleo pada masyarakat pasti sudah dibawa dulu ke tukang pijat dan urut. Sehingga akibat yang ditimbulkan dari keseleo bukannya menjadi semakin baik tapi justru menjadi lebih berat/parah. Lalu, apakah yang seharusnya kita lakukan jika menjumpai keadaan tersebut ?

Pertama kali yang bisa kita lakukan adalah identifikasi masalah yang ada terlebih dahulu. Kenali gejala dari cedera yang timbul dari keseleo tersebut, misalnya adakah patah tulang, pergeseran sendi, bengkak, nyeri hebat, mati rasa dan lain-lain. Setelah itu barulah direncanakan tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki cedera yang ditimbulkan karena keseleo tersebut. Untuk kali ini ini kita akan membahas pertolongan pertama pada cedera keseleo dengan kategori ringan – sedang, yaitu tanpa adanya patah tulang, pergeseran sendi/dislokasi ataupun ruptur total.

Metode RICE adalah metode yang sering digunakan oleh ahli olahraga sejak jaman dulu untuk penanganan cedera baru  yang sering terabaikan di Indonesia. Metode RICE merupakan singkatan dari rice, ice, compression, elevation.

 

CARA MENYEMBUHKAN KESELEO/CEDERA DENGAN METODE RICE

1.      REST

artinya istirahat, yaitu jaringan yang mengalami cedera harus segera diistirahatkan sesegera mungkin, atau bergerak seminimal mungkin. Pada tahap ini, tujuan mengistirahatkan jaringan yang cedera adalah untuk mempercepat proses pemulihan jaringan dari cedera yang mungkin timbul, dan tidak menambah beban daerah yang cedera yang bisa menyebabkan cedera menjadi lebih parah.

Pemakaian alat bantu jalan mungkin diperlukan pada kasus cedera pada anggota gerak bawah, untuk meminimalkan tumpuan berat badan saat berjalan. Waktu istirahat yang diperlukan adalah 24 – 48 jam.

 

2.      ICE

artinya es/dingin, yaitu memberikan kompres es atau kompres dingin pada daerah yang mengalami cedera, dengan tujuan untuk mengurangi pembengkakan dan menimbulkan sensasi rasa tebal sehingga rasa nyeri menjadi berkurang. Pemberian kompres es pada daerah yang cedera akan menimbulkan efek vaso konstriksi ( pembuluh darah menyempit ) dimana aliran darah yang menuju lokasi cedera menjadi lambat atau berkurang sehingga tidak terjadi reaksi radang yang berlebihan pada lokasi cedera. Dengan meminimalkan reaksi radang pada daerah yang cedera, secara tidak langsung akan dapat mencegah terjadinya pembengkakan pada lokasi cedera.

Teknik pemberia kompres es adalah dengan menempelkan kompres es pada lokasi cedera dengan terlebih dahulu dibungkus 1 atau 2 lapis kain handuk ( tergantung ketebalan handuknya ), kompres selama 10 menit kemudian lepas 10 menit, lalu kompres lagi 10 menit lepas lagi 10 menit demikian seterusnya.

Jangan memberikan kompres dingin langsung pada cedera tanpa ada penghantar karena hal tersebut dapat menyebabkan reaksi radang dingin yang bisa mengakibatkan kerusakan jaringan.

Jangan memberikan kompres dingin terlalu lama pada satu lokasi  tanpa jeda, karena hal tersebut bisa menyebabkan frossbite, dimana jaringan saraf yang terpapar dingin akan mengalami kerusakan/ mati rasa.

 

3.      COMPRESSION

artinya pemberian tekanan, dimana perlunya pemberian pembalut elastis pada daerah yang mengalami cedera agar tidak terjadi pembengkakan. Pemberian tekanan pada daerah cedera tersebut harus hati-hati, buka balutan setiap 2 jam dan jangan membalut terlalu kencang, karena akan menyebabkan peredaran darah terganggu/terblokir. Peredaran darah tersebut harus tetap terjaga agar proses perbaikan jaringan yang cedera dapat cepat terjadi.

Pada kasus cedera anggota gerak bawah, pembalut elastis ini harus selalu terpasang pada saat digunakan untuk berjalan,dan bisa dilepas saat istirahat.

Jika timbul gejala seperti kesemutan, rasa tebal saat disentuh, atau dingin pada ujung jari maka balutan elastis harus segera dilonggarkan.

 

4.      ELEVATION

artinya mengangkat, dimana bagian yang mengalami cedera harus sering diposisikan terangkat lebih tinggi dari jantung agar peredaran darah pada lokasi yang cedera tetap terjaga lancar dan mencegah pembengkakan yang mungkin timbul.

 

 

KAPAN METODE INI BISA DITERAPKAN

            Seperti yang telah disampaikan di atas, metode ini hanya bisa diberikan pada cedera yang bersifat ringan sampai sedang seperti terkilir, keselo, memar dan hanya bisa diberikan kurang dari 24 – 48 jam setelah terjadinya cedera. Pada kondisi sekarang, dimana teknik pengobatan yang lebih maju, pemberian pertolongan pertama bisa diberikan semprotan Chlorethyl yang berisi cairan dingin dan anti nyeri.

Teknik pemberian RICE ini akan lebih efektif jika dikombinasikan dengan pemberian obat-obatan dan vitamin, terutama obat-obatan anti peradangan, anti nyeri yang bisa didapatkan secara bebas di apotik.

            Setelah pemberian metode RICE ini, pada hari ke – 2 dan seterusnya bisa dilanjutkan dengan pemberian terapi panas, gentle massage dan lain-lain sesuai dengan keadaan cedera yang dialami.

 

( dari berbagai sumber )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar