Rabu, 10 Juni 2020

PENANGANAN FISIOTERAPI PADA SPRAIN/STRAIN ANKLE

   
Cedera pada ankle/pergelangan kaki merupakan salah satu jenis cedera yang banyak dialami oleh atlet dan pekerja yang aktif menggunakan kaki untuk aktivitas sehari-harinya. Keseleo atau terkilir menjadi salah satu kata yang umum disebutkan masyarakat Indonesia merujuk pada cedera pada daerah ankle tersebut. Daerah ankle yang sering mengalami cedera ini adalah pada sisi medial ( dalam )dan atau sisi lateral ( luar ) ankle. Dalam bahasa medis istilah keseleo/terkilir pada daerah ankle tersebut sering disebut sebagai sprain dan strain ankle.
    Sprain adalah cedera yang terjadi karena adanya peregangan yang berlebihan dan atau terjadi kerobekan pada ligamen dan atau kapsul sendi, sedangkan strain adalah cedera yang terjadi karena adanya peregangan yang berlebihan dan atau kerobekan yang terjadi pada otot atau tendon otot. Ligamen merupakan jaringan ikat yang kuat yang menghubungkan dua buah tulang/lebih sebagai penguat suatu sendi dan berfungsi sebagai alat gerak pasif, sedangkan otot dan tendon menempel di antara dua tulang/lebih berfungsi sebagai alat gerak aktif. Ankle atau pergelangana kaki sendiri merupakan sendi yang paling sering mengalami sprain dan strain, karena ankle merupakan sendi penopang berat badan tubuh yang paling aktif bergerak dan paling sering mengalami gangguan.

Penyebab

    Sprain dan strain merupakan tipe cedera jaringan lunak, yang secara umum dapat disembuhkan, namun terdapat banyak serabut saraf di sekitarnya, sehingga akan menimbulkan nyeri yang mengganggu aktivitas sehari-hari. Penyebab sprain dan strain ankle ini antara lain :
  • Trauma/benturan, seperti terjatuh, tergelincir, terkena tackling saat bermain sepakbola dll
  • Mengangkat beban terlalu berat
  • Gerakan duduk ke berdiri dalam posisi yang tidak siap
  • Gerakan tiba-tiba
  • Over use atau penggunaan ankle untuk aktivitas yang berlebihan seperti pelari marathon
  • Gerakan berulang-ulang yang membebani ankle
  • Riwayat cedera sebelumnya yang berulang.
Faktor Resiko

    Sebenarnya sprain dan atau strain ankle ini hampir pernah dialami oleh semua orang, namun ada beberapa faktor resiko yang menyebabkan penyakit ini mudah terjadi, yaitu :
  • kelelahan, pusing, lemah
  • kurang pemanasan saat berolahraga
  • pemakaian alas kaki yang kurang tepat
  • lingkungan yang tidak rata
  • kurangnya latihan penguatan otot sekitar ankle
  • olahraga yang sering melibatkan body charge, seperti sepakbola,bola basket, bela diri, rugby dll
Gejala

    Gejala sprain dan strain ankle ini hampir sama, dan kadang susah  dibedakan, yaitu :
  1. Nyeri pada ankle, terutama pada sisi yang mengalami cedera/benturan
  2. Bengkak
  3. Gangguan fungsi, keterbatasan gerak ankle
  4. Memar
  5. Gangguan berjalan
  6. Pada sprain terdapat nyeri gerak pasif yaitu nyeri saat ankle digerakkan orang lain dengan full lingkup gerak sendi( LGS ), sedangkan pada strain terdapat nyeri gerak aktif dan ketegangan otot.
Berdasarkan tingkat kerobekan dan keparahannya, sprain dan strain ankle dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :
  1. Grade 1 ( ringan )  ;  terdapat nyeri dan memar ringan, kerobekan jaringan tidak ada/ ada kurang dari 20%, fungsi dan kekuatan ada gangguan tapi tidak berkurang, sendi masih stabil,masih bisa berjalan tanpa alat bantu.
  2. Grade 2 ( sedang ) ; terdapat nyeri sedang dan memar, ada kerobekan jaringan 20 - 70 %, , sendi stabil sampai tidak stabil, berjalan memerlukan alat bantu.
  3. Grade 3 ( berat ) : terdapat nyeri hebat kadang tidak tertahankan, kerobekan jaringan lebih dari 70% bahkan sampai putus, sendi tidak stabil, memar besar, tidak bisa berjalan karena nyeri hebat.
Penanganan

    Prinsip penanganan dari cedera ini tentu saja dibagi dalam 2 fase, yaitu fase akut dan fase kronik.

FASE AKUT

    Pada fase ini, protokal penanganan cedera olahraga dengan metode RICE tetap dianggap paling efektif, dimana terapi yang bisa diberikan hanyalah kompres dingin, istirahat dan pemakaian splint/dekker ankle atau tapping. Pada saat baru terkena pemberian semprot ethyl chlorida cukup banyak membantu, terutama untuk mengurangi nyeri. Gunakan alat bantu jalan untuk membantu mengurangi tekanan pada ankle yang terkena.

FASE KRONIK

    Beberapa hal yang bisa diberikan dalam penanganan penyakit ini antara lain :
  1. Medika mentosa, biasanya akan diberikan obat-obatan pengurang rasa sakit, anti inflamasi, vit C, vitamin neurotropik dan lain-lain.
  2. Fisioterapi, bisa diberikan ultra sound terapi, TENS, sinar Infra merah dan Terapi Latihan
  3. Pemakaian splint/tapping
  4. Pemakaian alat bantu jalan
  5. Dry needling
  6. Operasi, terutama jika terjadi ruptur tendon atau ligamen.
Program Fisioterapi yang bisa diberikan

    Pada fase akut, pemberian metode R-I-C-E diatas bisa diberikan, sedangkan pada fase kronik yang bisa diberikan adalah :
  1. Heating/ pemanasan, pemberian sinar infra merah cukup efektif dalam memberikan rasa nyaman pada pasien,bisa diberikan setiap hari dengan waktu 10 - 30 menit
  2. Ultra sound terapi, bisa diberikan 2 - 3 kali seminggu, frekuensi yang dipilih bisa 1 atau 3 MHz tergantung luas dan kedalaman daerah yang terkena, intensitas yang diberikan 0,7 - 3 W/cm, dimana semakin tinggi intensitas yang diberikan akan menimbulkan efek mikrotrauma pada jaringan, waktu terapi disesuaikan dengan ERA pada alat yang digunakan, biasanya antara 5 - 10 menit
  3. TENS, bisa diberikan 2 - 3 kali seminggu, bisa dipilih antara TENS konvensional atau TENS burst, waktu terapi efektif 10 - 30 menit dengan Intensitas disesuaikan toleransi penderita. Pemberian TENS burst biasanya akan disertai adanya kontraksi otot.
  4. Laser
  5. ESWT
  6. Pemasangan splint ankle/tapping biasanya cukup membantu terutama pada penderita dengan Grade 1
  7. Massage, terutama diberikan pada otot-otot sekitar ankle yang mengalami spasme/ketegangan saat terjadi cedera pada ankle.
  8. Terapi Latihan, pemberian latihan gerak pasif, aktif, hold relax, contrack relax, latihan penguatan/strengthening bisa diberikan disesuaikan dengan kondisi penderita.
  9. Latihan jalan.
Dengan penanganan yang benar, diharapkan tingkat perbaikan cedera sprain dan strain ankle ini bisa berjalan optimal

Salam inspiratif

( gambar dari physiopedia )
    








Tidak ada komentar:

Posting Komentar