Jumat, 12 Juni 2020

KEJANG DEMAM ( STEP )

Definisi

Kejang demam adalah kejang-kejang yang terjadi pada anak-anak akibat kenaikan suhu tubuh secara drastis dan mendadak. Kondisi ini biasanya terjadi ketika anak menderita sebuah infeksi. Kejang demam umumnya terjadi pada anak usia enam bulan hingga tiga tahun.

Kejang demam merupakan respon dari otak anak terhadap demam, dan biasanya terjadi di hari pertama demam. Namun setelah demam mencapai tingkat suhu yang tinggi, risiko kejang biasanya akan menurun. Kejang demam memang terlihat mengerikan, namun umumnya tidak berbahaya bagi anak yang mengalaminya.

Gejala Kejang Demam

Gejala kejang demam berbeda-beda, tergantung pada tingkat keparahannya. Dalam tingkatan yang masih tergolong ringan hingga menengah, gejala yang muncul biasanya berupa mata yang tampak terbuka lebar (terbelalak). Sedangkan pada tingkat keparahan yang lebih tinggi, gejala bisa berupa tubuh yang mengejang atau otot-otot menegang.

Kejang demam seringkali terjadi dalam kurun 24 jam setelah terjadinya infeksi pada tubuh anak. Saat mengalami kejang demam, anak juga bisa menunjukkan beberapa gejala lain, seperti:

  • Lengan dan kaki bergerak tidak terkontrol.
  • Bola mata tampak menatap ke atas.
  • Kehilangan kesadaran.
  • Muntah
  • Mulut berbusa.

Penyebab Kejang Demam

Kejang demam terjadi akibat lonjakan atau kenaikan suhu tubuh anak secara drastis ketika mengalami demam. Ada dua hal yang bisa menjadi pemicunya, yaitu:

  • Imunisasi. Pada beberapa anak, pemberian imunisasi dapat menimbulkan demam yang bisa memicu kejang demam.
  • Infeksi, baik itu akibat virus atau bakteri.

Diagnosis Kejang Demam

Langkah pertama yang dilakukan dokter pada pasien yang mengalami kejang demam sederhana adalah mendiagnosis penyebab infeksi. Hal tersebut bisa dilakukan melalui pemeriksaan darah, urine, atau pungsi lumbal (spinal tap).

Sedangkan untuk penderita kejang demam kompleks, dokter biasanya akan menambahkan metode pemeriksaan melalui elektroensefalografi (EEG). Cara ini dapat memberikan informasi pada dokter seputar aktivitas otak penderita. Jika kejang demam hanya terjadi pada sebagian tubuh saja, dokter juga akan merekomendasikan untuk dilakukannya pemindaian otak dengan MRI. 

Pengobatan dan Pencegahan Kejang Demam

Pada banyak kasus, kejang demam akan berhenti dengan sendirinya setelah beberapa menit. Namun untuk melindungi anak dari cedera selama mengalami kejang, orang tua dapat melakukan beberapa hal berikut:

  • Baringkan anak di lantai. Pada bayi, rebahkan di pangkuan dengan posisi wajah bayi menghadap ke bawah. Jangan menahan tubuh anak.
  • Miringkan posisi tubuh anak agar muntah atau air liur dapat keluar dari rongga mulut, serta agar mencegah lidah menyumbat saluran pernapasan.
  • Longgarkan pakaian anak.
  • Jangan menaruh apa pun pada mulut anak untuk mencegah tergigitnya lidah.
  • Hitunglah durasi terjadinya kejang demam dan perhatikan tingkah laku anak saat kejang-kejang. Beritahukan kedua hal ini saat berkonsultasi ke dokter.

Jika kejang demam sudah mereda dan anak dirasa tidak perlu dibawa ke dokter, tidurkan anak dalam ruangan yang sejuk. Mengantuk adalah hal yang wajar terjadi pada anak setelah mengalami kejang demam. Jika anak mengalami kesulitan bernapas, rebahkan anak dan miringkan tubuh dan kepala. Kemudian bersihkan rongga mulut dari bekas muntah atau air liur dengan perlahan menggunakan jari.

Segera temui dokter jika kejang demam berlangsung selama lebih dari 10 menit atau terjadi berulang kali. Dokter akan meresepkan obat untuk menghentikan kejang-kejang jika kejang demam berlangsung lebih dari 15 menit.

Pemberian paracetamol atau ibuprofen ketika anak baru saja demam tidak dapat mencegah kejang. Dokter dapat meresepkan obat antikejang (antikonvulsan) untuk mencegah kejang demam. Namun hal ini jarang dilakukan karena risiko efek sampingnya lebih besar daripada manfaatnya.

Komplikasi Kejang Demam

Kejang demam sederhana tidak mengakibatkan kerusakan otak ataupun kecacatan mental. Kondisi ini juga bukan merupakan tanda-tanda epilepsi. Pada anak yang pernah mengalami kejang demam, risiko untuk mengalami kejang demam lagi akan lebih besar jika:

  • Jeda antara awal demam dengan terjadinya kejang demam cukup singkat.
  • Kejang demam pertama terjadi akibat demam ringan.
  • Usia penderita di bawah 15 bulan ketika mengalami kejang demam pertama.
  • Salah satu anggota keluarga pernah mengalami kejang demam.

Penanganan lebih lanjut

Selain obat-obatan yang diresepkan dari dokter, penderita kejang demam biasanya akan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Untuk itu penderita ini akan memerlukan penanganan lebih lanjut. Program rehabilitasi sangat diperlukan untuk mengejar ketertinggalan penderita dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Penderita akan memerlukan program fisioterapi, terapi wicara, okupasi terapi dan terapi psikologi sesuai dengan kebutuhannya secara berkesinambungan. Semoga bermanfaat.

Salam Inspiratif

( gambar dari RS Azra )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar