Minggu, 17 Februari 2013

Penanganan de quervain syndrom




De quervain’s syndrom lebih tepatnya disebut sebagai De quevain’s tendosynovitis dinamakan seperti itu berdasarkan nama penemunya FRITZ DE QUERVAIN, seorang ahli bedah dari Swiss yang menggambarkan penyakit ini untuk pertama kalinya pada tahun 1895/1896.


DEFINISI

De Quervain’s syndrome merupakan penyakit dengan nyeri pada daerah prosesus stiloideus radius akibat inflamasi kronik pembungkus tendon otot abduktor polisis longus dan ekstensor polisis brevis setinggi radius distal dan jepitan pada kedua tendon tersebut. dengan kata lain adanya tenovaginits/tenosynovitis yaitu proliferasi jaringan fibrosa retinakulum otot-otot ekstensor wrist dan tendon sheath otot ekswtensor pollicis brevis dan abduktor pollicis longus di sekitar ibu jari. Dimana adanya gesekan-gesekan pada jaringan-jaringan tersebut saat menggerakkan ibu jari ke arah ekstensi atau abduksi akan menimbulkan nyeri.



Nyeri akan semakin dirasakan meningkat saat terkena tekanan, kelelahan ataupun terpapar udara dingin. Saat semakin kronis akan terjadi penyempitan sarung tendon dan juga penebalan tendon. Lokasi utama penyakit ini utamanya adalah pada sisi dorso lateral pergelangan tangan terutama pada ibu jari sebelah superior/atas. Tes untuk mengetahui penyakit ini adalah dengan FINKLESTEIN TES dengan cara melakukan gerakan seperti gambar di atas akan terasa nyeri.
Pemeriksaan laboratorium dan radio diagnostik biasanya tidak ditemukan sesuatu yang spesifik. Perlu juga diperiksa adanya kemungkinan nyeri yang menjalar dari siku untuk membedakan dengan tennis elbow/tendinitis ekstensor carpi radial;is longus.

ETIOLOGI DAN EPIDEMIOLOGI

Trauma/gesekan kecil yang berulang pada daerah sekitar ibu jari bagi mereka yang mempunyai jenis pekerjaan tertentu merupakan penderita utama penyakit ini. Diantaranya : tukang cuci manual,penulis yang masih menggunakan pulpen/pensil,pengendara motor jarak jauh tiap hari,atlet yang menggunakan raket,tukang amplas dll. Bisa juga mengenai mereka yang mengalami trauma akut/kecelakaan,atau yang punya riwayat RA,asam urat dll.
Penderita penyakit ini biasanya menyerang usia dewasa laki-laki dan perempuan. Perempuan lebih dominan daripada laki-laki dengan perbandingan sampai 6:1.
Kenapa demikian ? ini yang sampai sekarang belum bisa dijelaskan. Yang jelas proses berkurangnya lubrikasi pada tendon sheath otot tersebut akan menyebabkan timbulnya penyakit ini.

PENANGANAN

Penanganan yang bisa dilakukan pada penyakit ini meliputi konservatif dan pembedahan. Penanganan konservatif yang biasanya dilakukan adalah :
1.     Medika mentosa, berupa injeksi maupun oral.
2.     Fisioterapi, berupa pemberian ultrasound, MWD maupun stimulasi listrik.
3.     Pemberian prothese berupa splint untuk mencegah penyakit ini agar tidak menjadi kronik.
4.     Pembedahan untuk membebaskan tendon yang mengalami peradangan.



PENCEGAHAN

Selain pengobatan, pencegahan merupakan salah satu alternatif terbaik bukan agar terhindar dari penyakit ini, terutama bagi mereka yang mempunyai riwayat pekerjaan berresiko terkena penyakit ini, diantaranya dengan :
1.     Mengistirahatkan pergelangan tangan sebentar setelah digunakan selama 2 jam/lebih secara berturut-turut, gerak-gerakkan dengan memutar-mutar ibu jari dan men-stretching ibu jari selama beberapa menit.
2.     Gunakan splint,dekker atau elastic bandage untuk melindungi daerah tersebut dari tekanan/trauma mikro yang berulang-ulang.
3.     Kompres dengan air hangat,jika daerah tersebut sudah mulai terasa tidak enak.
4.     Hubungi tenaga medis terdekat jika rasa nyeri yang ditimbulkan tidak juga berkurang.

PENANGANAN TORTIKOLIS

\
Gejala

    Sebagian besar masyarakat Jepara pasti pernah mengalami masa tidur yang kurang nyaman, rasa pegal di leher saat tidur, bahkan sakit sekali saat berusaha menggerakkan lehernya untuk menengok ke satu sisi. Apalagi jika didahului adanya gejala psikis seperti pekerjaan yang menumpuk, stress fisik dan mental, serta terlalu lelah atau capek, menyebabkan  waktu untuk istirahat tidur menjadi berkurang. Sehingga saat bangun tidur yang diharapkan badan menjadi fresh dan segar, justru menyebabkan pusing, leher menjadi kaku dan sulit untuk menoleh ke kanan/kiri. Kecenderungan tempat tidur yang terlalu empuk, ditambah ruangan ber- AC dan kebiasaan tidur miring ke satu sisi tanpa berpindah-pindah posisi juga menjadi factor pencetus lain nyeri ini timbul.
      Torticollis spasmodic merupakan kekakuan pada otot-otot leher yang disebabkan karena kontraksi terus menerus dalam jangka waktu tertentu, bisa juga karena adanya gerakan involunter dari kepala. Tortikolis terjadi pada 1 dari 10.000 orang dan sekitar 1,5 kali lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan dengan pria.Penyakit ini dapat terjadi pada semua umur tetapi paling sering ditemukan pada usia antara 30-60 tahun. Penyakit ini juga bisa diderita oleh bayi sejak leher dengan mekanisme yang belum diketahui secara jelas, namun diduga karena posisi kepala saat berada di dalam kandungan ataupun saat proses persalinan.
         Pada masa lalu terjadinya tortikolis adalah kegagalan pada otot leher dimana timbul hysteria yang berlebihan. Dimana gejalanya sama dengan kelainan yang disebabkan secara organik. Ketika tortikolis diketahui berhubungan dengan efek voluter bentuk dari gejala yang ada adalah hysteria, dimana bentuk awal dari gejala ini adalah tic. Bentuk hysteria berasal dari gejala yang merupakan respon dari pengobatan dari terjadinya kelainan emosional yang utama.
        Spasme tortikolis ini disebabkan oleh keadaan keturunan dimana terjadinya dari gen autosomal dominan atau autosomal resesif. Hal lain yang dapat menyebabkan ialah kelainan kongenital dari m.sternocleidomastoideus, kelainan dari servikal tulang belakang, hipoplasi dari tulang hemi atlas atau atlas. Kelainan neurovaskuler yaitu kompresi dari N.XI (nervus aksesorius) oleh arteri vertebrae. Atau arteri serebral posterior inferior, adanya lesi unilateral pada mesencephalon atau diencephalon yang diakibatkan oleh encephalitis virus. Dan ketidakseimbangan / gangguan keseimbangan metabolik antara thalamus dan basal ganglia. Penyebab lain yang tersering adalah kelainan fungsional dari mekanisme kontrol yang mengakibatkan gangguan reflek secara bilateral yang terjadi pada basal ganglia atau keseluruhan dari struktur yang meliputinya. 
               
    Perkembangan terjadinya tortikolis biasanya secara perlahan tapi bisa saja secara mendadak. Hal ini terjadi ketika terjadinya serangan hysteria. Perputaran pada kepala diikuti dengan kontraksi pada otot servikal, kontraksi terjadinya pada bagian superficial dan bagian dalam dari otot leher, kontraksi dari otot yang terjadi yaitu sternocleidomastoideus, trapezius dan splenius.2
    Spasmodik tortikolis dapat saja terjadi pada remaja atau dewasa. Selalu didahului dengan adanya riwayat trauma pada leher. Onset terjadinya spasmodik tortikolis ialah intermiten terjadi saat rotasi dan fleksi pada kepala pada satu sisi. Pada kebanyakan kasus gerakan dari kepala terjadi secara intermiten dan berhubungan dengan kontraksi dari otot leher yang terjadi secara periodik irregular. Terjadinya gerakan bilateral sangat jarang terjadi. Gerakan-gerakan tersebut dapat direduksi dengan cara menempelkan tangan ke salah satu sisi kepala yang berlawanan atau dengan menempelkan sisi kepala yang berlawanan ke tembok. 
    Kontraksi dari m.sternocleidomastoideus menyebabkan rotasi yang berlawanan arah, ketika leher dilakukan fleksi bagian tepi dari otot leher mengalami kontraksi. Rotasi pada leher dapat saja terjadi tanpa terjadinya fleksi lateral. Atau kepala dapat saja difleksikan ke salah satu sisi dimana dapat dilakukan rotasi setelah dilakukan fleksi tersebut. Hal ini terjadi pada kontraksi dari m.sternocleidomatoideus pada salah satu sisi dimana m.splenius dan m.trapezius pada sisi yang berlawanan juga terjadi kontraksi. Otot-otot yang ikut berkontraksi menjadi hipertropi. Kelainan awal yang terdapat pada tortikolis adalah tonik. Kemudian didikuti dengan perubahan posisi atau dapat saja terjadi pengulangan gerakan secara klonik, hal tersebut biasanya terjadi pada serangan hysteria. Pasien sering menyadari tidak dapat melawan atau mengahambat dari terjadinya tortikolis. Rasa sakit terdapat pada otot servikal yang terjadi bersamaan arthritis dimana terjadi kompresi pada radix yang mengakibatkan adanya gerakan kepala secara involunter. Reflek dan sensasi masih normal. Terjadinya tortikolis yang lama dapat menyebabkan spondilosis servikal.]

Penanganan

     Penanganan torticollis ini memerlukan kerjasama dan penanganan yang komprehensif. Kejelian dan penanganan awal sangatlah penting agar tidak terjadi kecacatan/ penyakitnya bertambah parah. Apabila ditangani sejak awal, penyakit ini dapat sembuh sempurna, diantaranya dengan :
1. Obat-obatan yang biasanya diberikan adalah berupa analgesik, muscle relaxan, vitamin neurotropik bahkan suntikan botoks sebagai anti spasm.
2. Pemberian program fisioterapi juga banyak membantu penyembuhan penyakit ini, meskipun memerlukan tingkat kesabaran dalam pengobatan. Oleh fisioterapis biasanya akan mendapatkan penanganan berupa penghangatan ( dengan infra red, ultra sound atau diathermy ) untuk melemaskan otot yang kaku/tegang, lalu pemberian stimulasi elektris untuk merangsang kemampuan otot agar dapat berkontraksi dan relasai dengan baik, pemijatan dengan gentle massage serta stretching pada otot yang tegang atau kaku.
3.  Pada kasus yang lebih lanjut kadang diperlukan alat bantu seperti cervical collar agar tidak mengganggu tulang belakang bagian cervical.

Pencegahan    

Hal terpenting lain adalah bagaimana cara mencegah penyakit ini agar tidak menyerang kita. Yang dapat dilakukan adalah :
  1. Saat bekerja dalam posisi duduk menetap lama, usahakan melemaskan otot-otot leher dengan cara menggerakkan kepala ke kanan kiri, depan belakang setiap 2 jam sekali selama 10 menit. Demikian juga disaat anda mengemudi dalam waktu yang cukup lama, berhentilah tiap 2-3 jam untuk melemaskan leher.
  2. Periksakan kandungan secara teratur pada ibu hamil, terutama dengan menggunakan USG agar mengetahui posisi janin secara jelas dan kemungkinan persalinan yang aman bagi bayi dan ibunya, untuk menghindari terjadinya conginetal torticollis.
  3. Saat hendak tidur, biasakan untuk menggerakkan/ senam leher sejenak 5-10 menit agar otot leher menjadi lemas dan minumlah 2-3 gelas air putih agar peredaran darah lebih lancar saat tidur.
  4. Berpindahlah posisi disaat tidur dengan bergantian miring kanan dan kiri,lalu telentang   setiap 2-3 jam sekali.
  5. Gunakanlah bantal yang nyaman/comfortable,jangan terlalu rendah/tinggi.
  6. Jangan suka menggerakkan leher/kepala secara menghentak apabila anda merasa ada rasa tidak nyaman pada salah satu sisi leher anda, berikan saja pijatan ringan atau penguluran ( stretching ) dengan perlahan-lahan pada leher yang nyeri tersebut, boleh juga dengan diberikan kompres hangat pada otot leher yang nyeri tersebut.
  7. Yang paling bijaksana tentu saja hubungi tenaga medis yang berkompeten ( dokter syaraf atau Instalasi Rehabilitasi Medik  )apabila nyeri dirasa 2-3 hari tidak hilang juga.
Dengan penanganan yang tepat dan terencana, penyakit ini pada dasarnya bisa disembuhkan secara sempurna, kecuali torticollis ini terjadi secara konginetal/ dibawa dari lahir yang akan memerlukan penanganan yang lebih kompleks. Bersiaplah untuk selalu menjadi sehat, karena sehat jauh lebih berharga dari segalanya.


KONJUNGTIVITIS


MATA BELEKAN ATAU KONJUNGTIVITIS



Merupakan penyakit mata yang menular yang sering dialami oleh masyarakat perkotaan yang mempunyai aktivitas tinggi di luar ruangan. Walau begitu masyarakat pedesaan juga kadang mengalami terutama diwaktu waktu tertentu. Penyakit mata belekan atau dalam istilah medis disebut sebagai “KONJUNGTIVITIS” merupakan peradangan pada selaput bening/konjungtiva  yang menutupi bagian putih mata dan bagian dalam dari kelopak mata.
Penyebab peradangan selaput ini bermacam-macam, antara lain bakteri, virus, alergi, asap dan benda asing ( debu, sisa-sisa pembakaran dll ). Bisa juga disebabkan oleh paparan sinar/cahaya yang terlalu tajam atau berulang-ulang, seperti sinar ultraviolet,menonton televisi yang terlalu dekat, las listrik/karbit dll.
Ada juga mata belekan ini berlangsung sampai berbulan-bulan, dimana ini dikarenakan infeksi bakteri tertentu, kepekaan terhadap bahan kimia tertentu, adanya paparan bahan iritan tertentu yang berulang, kelainan saluran air mata, akibat penyakit kronis lain dll.
Selain itu pemakaian lensa kontak dan kacamata yang tidak tepat juga bisa menyebabkan peradangan pada selaput ini. Sehingga disarankan saat membeli kacamata/lensa kontak harus benar-benar dikonsultasikan terlebih dahulu dengan ahlinya, dalam hal ini dokter spesialis mata yang anda percayai.
Pada bayi yang baru lahir bisa juga terjadi konjungtivitis, hal ini dikarenakan kontak mata bayi saat mengalami proses kelahiran dalam perjalanan melewati jalan lahir sang ibu. Sehingga biasanya setelah lahir, mata bayi akan langsung ditetesi dengan antibiotik untuk mencegah peradangan pada selabut beningnya.
konjungtivitis sering menyerang pada dewas produktif dan anak-anak yang mempunyai aktivitas tinggi di luar rumah dan memungkinkan untuk sering terpapar bahan-bahan yang telah tersebut diatas. Dan pada awalnya biasanya hanya menyerang pada satu mata, namun bisa menular ke mata yang lain.
Gejala-gejala awal penyakit ini adalah adanya rasa perih, merah, berair, kemeng dan gatal pada mata. Pada konjungtivitis karena alergi atau virus akan mengeluarkan cairan kotoran berwarna bening, sedangkan yang disebabkan bakteri cairan yang dikeluarkannya akan berwarna putih atau keruh. Pada tahap berikutnya mata akan menjadi silau, kurangpeka, kabur dan akan mengeluarkan kotoran ( belek ) pada pagi hari setelah bangun tidur.
Pada keadaan lebih lanjut/parah bisa terjadi penurunan fungsi mata bahkan kebutaan jika tidak ditangani secara bijaksana.
Penyakit ini mempunyai tingkat penularan yang cukup tinggi, seperti terkena cairan mata penderita konjungtivitis,berenang bersama, mengkucek mata yang terinfeksi, pemakaian handuk, sapu tangan, bantal, guling, sprei bersama dan lain-lain.
Pengobatan penyakit ini tergantung dari penyebabnya. Jika penyebabnya bakteri, bisa diberikan antibiotik yang sesuai/dianjurkan oleh dokter, jika karena alergi bisa diberikan antihistamin dengan diminum dan diberikan tetes/salep yang mengandung corticosteroid atau sesuai petunjuk dokter. Istirahatkan mata yang sakit secukupnya, dan jika perlu tutup dengan kasa agar tidak bertambah parah atau menular kepada orang lain. Bersihkan secara teratur mata yang sakit dengan air hangat, dan jika perlu kompres dengan air hangat untuk mengurangi rasa gatal atau perih pada mata. Yang terpenting adalah konsultasikan secara benar dengan dokter yang berkompeten di bidangnya, jangan coba-coba untuk mengobati sendiri mata anda yang sakit.
Selain pengobatan, hal penting lain yang perlu dilakukann adalah pencegahan, misalnya dengan menghindari sering mengkucek mata karena akan menyebabkan iritasi dan perlukaan yang mungkin timbul akan semakin melebar, hindari pemakaian handuk, saputangan, peralatan tidur secara bersama-sama dengan penderita konjungtivitis. Cucilah tangan sesering mungkin dengan memakai sabun antiseptik setelah berhubungan/kontak dengan penderita penyakit ini. Hindari berenang bersama dengan penderita penyakit ini.
Demikian tips singkat kami yang diambil dari berbagai sumber, semoga bermanfaat. Jagalah mata anda karena disanalah indahnya dunia dapat kita nikmati...salam

Rabu, 13 Februari 2013

CHIKUNGUNYA

-->
HALO..!CHIKUNGUNYA,
MULAI AKRAB MENYAPA ANDA


                               
                                Kita mungkin telah akrab dan mengenal dengan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh nyamuk seperti Malaria dan Demam Berdarah. Dimana kedua penyakit yang disebabkan oleh nyamuk tersebut, termasuk merupakan penyakit yang berbahaya yang mematikan apabila terlambat dalam penanganannya. Nah, selain penyakit Demam berdarah dan Malaria, masih ada satu lagi penyakit yang disebabkan karena nyamuk, meskipun tidak seganas dan mematikan seperti Malaria dan Demam Berdarah, namun akibatnya justru lebih menyebalkan. Penyakit itu adalah Demam Chikungunya. Penyakit ini relative baru hadir di Indonesia, termasuk di Kabupaten Jepara. Dari data yang masuk di RSU RA Kartini Jeparapun jumlah penderitanya juga tidak terlalu banyak. Hal ini dimungkinkan karena penyakit ini masih bisa ditangani di puskesmas-puskesmas yang ada di Kabupaten Jepara.
                                Istilah Chikungunya sendiri berasal dari bahasa ‘Kimokande’dan ‘swahili’ ( sebuah suku di Mozambik, Afrika ) yang artinya “ membengkok “, dan memang penyakit ini sendiri ditemukan pertama kali di Negara tersebut dan meluas sampai ke Negara lain di Afrika dan sebagian Asia Selatan. Dan kini penyakit Demam Chikungunya telah mulai merambah ke Asia Timur, Tenggara, Australia termasuk Indonesia dan Kabupaten Jepara tentunya.
Demam Chikungunya merupakan salah satu  penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus ( dalam hal ini termasuk golongan ‘alphavirus ‘ famili togaviridae), dimana virus ini hidup dalam tubuh nyamuk, sehingga menular dari manusia ke manusia lewat gigitan nyamuk. Nyamuk yang membawa virus ini adalah aedes aegypty dan aedes albopictus.
Di Indonesia penyakit ini pertama kali dijumpai di Samarinda pada tahun 1973 lalu muncul di Jambi, Riau sampai akhirnya ke Ternate dan Maluku pada tahun 1983-1984.
Kemudian penyakit ini sempat “menghilang” lebih dari 15 tahun, hingga kemudian menjadi KLB di Muara Enim, Aceh dan sekitarnya pada tahun 2001. Pada tahun 2002 penyakit ini muncul di Jawa Barat bagian utara dan selatan serta  Jawa Tengah bagian Selatan. Selanjutnya sampai sekarang penyakit ini telah merambah seluruh Indonesia kecuali Papua.
                                Di Kabupaten Jepara, penyakit ini baru dijumpai pada pertengahan tahun 2003, di kecamatan Kedung dan Pecangaan. Namun sekarang hampir semua kecamatan telah dijumpai penderita penyakit ini. Walaupun tidak sampai mewabah seperti di Bogor dan Bekasi, namun jumlah penderita penyakit ini semakin lama semakin  meningkat. Daerah yang terdapat banyak genangan air merupakan daerah yang banyak dijumpai penderita penyakit ini.
                                Gejala awal penyakit ini sangat mirip dengan penyakit Demam Berdarah, yaitu demam tinggi, nyeri perut dan ulu hati, sakit kepala, mual muntah, nyeri pada persendian dan adanya bintik-bintik merah pada tangan dan kaki. Masa inkubasi penyakit ini sejak mulai digigit nyamuk sampai mulai timbulnya gejala pertama kali adalah 2-5 hari, dengan gejala klinis yang ditimbulkan adalah 3-12 hari, hanya saja pada penyakit ini tidak disertai adanya kebocoran pembuluh darah, shock dan perdarahan hebat serta kematian seperti pada penyakit Demam Berdarah. Sifat penyakit Demam Chikungunya adalah “self limiting” atau dapat membatasi sendiri dan sembuh dengan sendirinya selama daya tahan tubuh penderita baik, hanya saja terdapat gejala sisa berupa nyeri persendian yang akan menghilang setelah 4-24 minggu.  Nyeri persendian inilah yang dirasakan sangat mengganggu aktivitas kerja orang dewasa, karena pada beberapa kasus akan menimbulkan kelumpuhan meskipun sementara. Pada anak-anak gejala sisa yang muncul adalah rasa meriang yang lama seperti flu, sedangkan pada orang dewasa rasa nyeri sendi itulah yang dominan.
Oleh karena itu sebagian masyarakat Jepara menyebut penyakit ini flu tulang. Keengganan penderita untuk menggerakkan anggota tubuhnya itulah yang sering dianggap sebagai kelumpuhan, padahal itu lebih disebabkan karena rasa nyeri yang sangat pada sendi jika bergerak.
                                Pengobatan pada penyakit ini tidaklah spesifik karena vaksin untuk pencegahan dan obat khusus penyakit ini memang belum ditemukan. Sehingga obat yang diberikan hanyalah obat penurun demam, dan penghilang rasa sakit pada sendi saja. Pemberian makanan bergizi dan istirahat yang cukup akan banyak membantu pemulihan penyakit ini. Demikian juga pemberian vitamin untuk peningkatan daya tahan tubuh seperti vitamin C 500mg dan vitamin B,untuk membantu metabolisme.           
                                Pencegahan penularan penyakit ini tentu saja sama dengan pencegahan wabah penyakit Demam Berdarah, seperti memutus mata rantai penularan dan siklus hidup nyamuk Aedes Aegepty dan Albopictus seperti mencegah genangan genangan air ada di sekitar rumah kita. Prinsip 3 M harus selalu diterapkan terutama saat musim penghujan, seperti menguras secara teratur bak mandi dan tempat minum burung atau binatang peliharaan, menutup tempat penampungan air dan menimbun kaleng,botol bekas dan ban – ban bekas agar tak digenangi air. Siklus hidup nyamuk dari telur sampai tumbuh menjadi nyamuk dewasa yang berkisar 7-10 hari harus diputus. Pintu dan jendela rumah harus selalu dibuka tiap pagi agar pertukaran udara berjalan lancar di dalam rumah sehingga tercipta lingkungan yang tidak ideal bagi pertumbuhan nyamuk.
Untuk itu ciptakanlah lingkungan sekitar yang bersih dan bebas dari genangan air, pola hidup yang bersih inilah yang akan menjauhkan kita dari penyakit, salam inspiratif !