Kamis, 18 Juni 2020

PENANGANAN FISIOTERAPI PADA KUSTA / LEPRA

Pengertian

Morbus diartikan penyakit, sedangkan Hansen ialah nama seorang ilmuwan Norwegia yakni Gerhard Henrik Armauer Hansen. Pada 1873 ia menemukan adanya sebuah patogen yang menyebabkan penyakit yang telah lama dikenal sebagai lepra. Dr dr Sri yang kerap dipanggil Dini juga mengatakan, lepra merupakan penyakit infeksi dan menular yang disebabkan oleh kuman bernama Mycobacterium leprae, yang menyerang kulit dan saraf tepi. Kusta masuk dalam keilmuan spesialis kulit. Kuman Mycobacterium leprae dapat menular melalui kontak langsung dengan penderita (kontak yang lama dan berulang) dan melalui pernapasan dengan masa inkubasi 2-5 tahun setelah kuman masuk ke dalam tubuh.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Indonesia Negara Penderita Kusta Terbanyak Ketiga di Dunia", https://sains.kompas.com/read/2019/09/09/065800423/indonesia-negara-penderita-kusta-terbanyak-ketiga-di-dunia.
Penulis : Ellyvon Pranita
Editor : Sri Anindiati Nursastri

Morbus diartikan penyakit, sedangkan Hansen ialah nama seorang ilmuwan Norwegia yakni Gerhard Henrik Armauer Hansen. Pada 1873 ia menemukan adanya sebuah patogen yang menyebabkan penyakit yang telah lama dikenal sebagai lepra. Dr dr Sri yang kerap dipanggil Dini juga mengatakan, lepra merupakan penyakit infeksi dan menular yang disebabkan oleh kuman bernama Mycobacterium leprae, yang menyerang kulit dan saraf tepi. Kusta masuk dalam keilmuan spesialis kulit. Kuman Mycobacterium leprae dapat menular melalui kontak langsung dengan penderita (kontak yang lama dan berulang) dan melalui pernapasan dengan masa inkubasi 2-5 tahun setelah kuman masuk ke dalam tubuh.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Indonesia Negara Penderita Kusta Terbanyak Ketiga di Dunia", https://sains.kompas.com/read/2019/09/09/065800423/indonesia-negara-penderita-kusta-terbanyak-ketiga-di-dunia.
Penulis : Ellyvon Pranita
Editor : Sri Anindiati Nursastri

Morbus diartikan penyakit, sedangkan Hansen ialah nama seorang ilmuwan Norwegia yakni Gerhard Henrik Armauer Hansen. Pada 1873 ia menemukan adanya sebuah patogen yang menyebabkan penyakit yang telah lama dikenal sebagai lepra. Dr dr Sri yang kerap dipanggil Dini juga mengatakan, lepra merupakan penyakit infeksi dan menular yang disebabkan oleh kuman bernama Mycobacterium leprae, yang menyerang kulit dan saraf tepi. Kusta masuk dalam keilmuan spesialis kulit.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Indonesia Negara Penderita Kusta Terbanyak Ketiga di Dunia", https://sains.kompas.com/read/2019/09/09/065800423/indonesia-negara-penderita-kusta-terbanyak-ketiga-di-dunia.
Penulis : Ellyvon Pranita
Editor : Sri Anindiati Nursastri
Morbus diartikan penyakit, sedangkan Hansen ialah nama seorang ilmuwan Norwegia yakni Gerhard Henrik Armauer Hansen. Pada 1873 ia menemukan adanya sebuah patogen yang menyebabkan penyakit yang telah lama dikenal sebagai lepra. Dr dr Sri yang kerap dipanggil Dini juga mengatakan, lepra merupakan penyakit infeksi dan menular yang disebabkan oleh kuman bernama Mycobacterium leprae, yang menyerang kulit dan saraf tepi. Kusta masuk dalam keilmuan spesialis kulit.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Indonesia Negara Penderita Kusta Terbanyak Ketiga di Dunia", https://sains.kompas.com/read/2019/09/09/065800423/indonesia-negara-penderita-kusta-terbanyak-ketiga-di-dunia.
Penulis : Ellyvon Pranita
Editor : Sri Anindiati Nursastri

Kusta yang juga dikenal dengan nama lepra atau penyakit Morbus Hansen adalah penyakit yang menyerang kulit, sistem saraf perifer, selaput lendir pada saluran pernapasan atas, serta mata. Sistem saraf yang diserang bisa menyebabkan penderitanya mati rasa.

Kusta disebabkan oleh sejenis bakteri yang memerlukan waktu 6 bulan hingga 40 tahun untuk berkembang di dalam tubuh. Tanda dan gejala kusta bisa saja muncul setelah bakteri menginfeksi tubuh penderita selama 2 hingga 10 tahun.

Meskipun dulu sempat menjadi penyakit yang ditakuti, saat ini kusta tergolong penyakit yang mudah diobati. Ironisnya, hingga saat ini beberapa daerah di Indonesia masih dianggap sebagai kawasan endemik kusta oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO. 

Gejala Kusta

Gejala dan tanda kusta sukar diamati dan muncul sangat lambat. Beberapa di antaranya adalah:

  • Mati rasa. Tidak bisa merasakan perubahan suhu hingga kehilangan sensasi sentuhan dan rasa sakit pada kulit.
  • Pembesaran pembuluh darah, biasanya di sekitar siku dan lutut.
  • Perubahan bentuk atau kelainan pada wajah.
  • Hidung tersumbat atau terjadi mimisan.
  • Muncul luka tapi tidak terasa sakit.
  • Kerusakan mata. Mata menjadi kering dan jarang mengedip biasanya dirasakan sebelum muncul tukak berukuran besar.
  • Lemah otot atau kelumpuhan.
  • Hilangnya jari jemari.

WHO menggolongkan kusta menjadi dua jenis berdasarkan kondisi luka pada kulit penderita, yaitu:

  • Paucibacillary. Ada luka kulit tanpa bakteri penyebab lepra pada bercak kusta di kulit.
  • Multibacillary. Ada luka kulit dengan bakteri penyebab lepra pada bercak kusta di kulit.

 

Penyebab Kusta dan Faktor Risiko

Bakteri Mycobacterium leprae menjadi penyebab utama kusta. Bakteri ini tumbuh pesat pada bagian tubuh yang bersuhu lebih dingin seperti tangan, wajah, kaki dan lutut.

M. leprae termasuk jenis bakteri yang hanya bisa tumbuh berkembang di dalam beberapa sel manusia dan hewan tertentu. Cara penularan bakteri ini adalah melalui cairan dari hidung yang biasanya menyebar ke udara ketika penderita batuk atau bersin.

Selain penyebab utamanya, ada juga faktor-faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang untuk mengidap penyakit ini. Beberapa faktor risiko tersebut meliputi:

  • Melakukan kontak fisik dengan hewan penyebar bakteri kusta tanpa sarung tangan. Beberapa di antaranya adalah armadilo dan simpanse afrika.
  • Melakukan kontak fisik secara rutin dengan penderita kusta.
  • Bertempat tinggal di kawasan endemik kusta.
  • Menderita cacat genetik pada sistem kekebalan tubuh. 

Diagnosis Kusta

Kebanyakan kasus kusta didiagnosis berdasarkan temuan klinis, karena penderita biasanya bertempat tinggal di daerah yang minim peralatan laboratorium. Bercak putih atau merah pada kulit yang mati rasa dan penebalan saraf perifer (atau saraf yang terletak di bawah kulit dapat teraba membesar bahkan terlihat)  seringkali dijadikan dasar pertimbangan diagnosis klinis. Pada kawasan endemik kusta, seseorang bisa dianggap mengidap kusta apabila menunjukkan salah satu dari dua tanda utama berikut ini:

  • Adanya bercak pada kulit yang mati rasa.
  • Sampel dari usapan kulit positif terdapat bakteri penyebab kusta.

Pengobatan Kusta

Mayoritas penderita kusta yang didiagnosis secara klinis akan diberi kombinasi antibiotik sebagai langkah pengobatan selama 6 bulan hingga 2 tahun. Dokter harus memastikan jenis kusta serta tersedianya tenaga medis yang mengawasi penderita untuk menentukan jenis, dosis antibiotik, serta durasi pengobatan.

Pembedahan umumnya dilakukan sebagai proses lanjutan setelah pengobatan antibiotik. Tujuan prosedur pembedahan bagi penderita kusta meliputi:

  • Menormalkan fungsi saraf yang rusak.
  • Memperbaiki bentuk tubuh penderita yang cacat.
  • Mengembalikan fungsi anggota tubuh.

Risiko komplikasi kusta dapat terjadi tergantung dari seberapa cepat penyakit tersebut didiagnosis dan diobati secara efektif. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi jika kusta terlambat diobati adalah:

  • Mati rasa atau kebas. Kehilangan sensasi merasakan rasa sakit yang bisa membuat orang berisiko cidera tanpa menyadari dan rentan terhadap infeksi.
  • Kerusakan saraf permanen.
  • Otot melemah.
  • Cacat progresif. Contohnya kehilangan alis, cacat pada jari kaki, tangan dan hidung.
Penanganan Fisioterapi

Salah satu manifestasi klinis dari penyakit Kusta ini adalah mengenai sistem saraf tepi misalnya lesi nerve ulnaris.Lesi nerve ulnarisa adalah lesi yang terjadi pada saraf ulnaris yang menyebabkan penurunan sensoris dan motoris pada tangan(Woo, Bakri and Moran, 2015). Lesi nerve ulnaris dapat mengakibatkan claw hand. Claw hand adalah ketidakseimbangan otot yang dihasilkan dari paralisis saraf ulnaris dan karakteristiknya yaitu jari kiting karena hiperekstensi pada sendi Metacarpo  Phalangeal(MCP) dan fleksi di sendi Proksimal Inter Phalangeal (PIP) (Karthikeyan, 2014)

Metode intervensi fisioterapi pada penanganan pasien kusta dengan lesi nerve Ulnaris menggunakan intervensi terapi latihan.Metode tersebut digunakan untuk meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan LGS, perbaikan penebalan saraf dan meningkatkan aktivitas fungsional dari pasien. Contohnya :
  1. Latihan pasif, nervus Ulnaris sebagian besar menyarafi sebagian otot-otot fleksor pergelangan tangan dan jari tangan yaitu mulai dari jari manis dan kelingking, sehingga perlu latihan pasif full ROM ( Range of Movement ) dari jari-jari yang terkena untuk mencegah kontraktur.
  2. Latihan aktif, bisa diberikan latihan aktif dengan bantuan, misalnya latihan membuka dan menutup jari dan pergelangan tangan, latihan menggenggam, meremas bola dll
  3. Latihan aktivitas sehari-hari, misalnya menulis, menggambar, memegang sendok, memegang gelas, mengecat dll
Pasien disarankan untuk teratur melakukan terapi secara giat dan melakukan latihan-latihan yang dianjurkan oleh terapis di rumah maupun saat di kamar rawat inap. Pasien juga dianjurkan untuk  melatih kekuatan otot pada jari-jari tanganya. Untuk semetara waktu pasien disarankan mengurangi aktivitas yang memperberat kondisi seperti tidak boleh kecapekan, tidak mengangkat beban yang berat, dan aktivitas lainnya yang memperberat penyakitnya.

Semoga bermanfaat dan Salam Inspirasi




Tidak ada komentar:

Posting Komentar