Rabu, 13 Februari 2013

CHIKUNGUNYA

-->
HALO..!CHIKUNGUNYA,
MULAI AKRAB MENYAPA ANDA


                               
                                Kita mungkin telah akrab dan mengenal dengan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh nyamuk seperti Malaria dan Demam Berdarah. Dimana kedua penyakit yang disebabkan oleh nyamuk tersebut, termasuk merupakan penyakit yang berbahaya yang mematikan apabila terlambat dalam penanganannya. Nah, selain penyakit Demam berdarah dan Malaria, masih ada satu lagi penyakit yang disebabkan karena nyamuk, meskipun tidak seganas dan mematikan seperti Malaria dan Demam Berdarah, namun akibatnya justru lebih menyebalkan. Penyakit itu adalah Demam Chikungunya. Penyakit ini relative baru hadir di Indonesia, termasuk di Kabupaten Jepara. Dari data yang masuk di RSU RA Kartini Jeparapun jumlah penderitanya juga tidak terlalu banyak. Hal ini dimungkinkan karena penyakit ini masih bisa ditangani di puskesmas-puskesmas yang ada di Kabupaten Jepara.
                                Istilah Chikungunya sendiri berasal dari bahasa ‘Kimokande’dan ‘swahili’ ( sebuah suku di Mozambik, Afrika ) yang artinya “ membengkok “, dan memang penyakit ini sendiri ditemukan pertama kali di Negara tersebut dan meluas sampai ke Negara lain di Afrika dan sebagian Asia Selatan. Dan kini penyakit Demam Chikungunya telah mulai merambah ke Asia Timur, Tenggara, Australia termasuk Indonesia dan Kabupaten Jepara tentunya.
Demam Chikungunya merupakan salah satu  penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus ( dalam hal ini termasuk golongan ‘alphavirus ‘ famili togaviridae), dimana virus ini hidup dalam tubuh nyamuk, sehingga menular dari manusia ke manusia lewat gigitan nyamuk. Nyamuk yang membawa virus ini adalah aedes aegypty dan aedes albopictus.
Di Indonesia penyakit ini pertama kali dijumpai di Samarinda pada tahun 1973 lalu muncul di Jambi, Riau sampai akhirnya ke Ternate dan Maluku pada tahun 1983-1984.
Kemudian penyakit ini sempat “menghilang” lebih dari 15 tahun, hingga kemudian menjadi KLB di Muara Enim, Aceh dan sekitarnya pada tahun 2001. Pada tahun 2002 penyakit ini muncul di Jawa Barat bagian utara dan selatan serta  Jawa Tengah bagian Selatan. Selanjutnya sampai sekarang penyakit ini telah merambah seluruh Indonesia kecuali Papua.
                                Di Kabupaten Jepara, penyakit ini baru dijumpai pada pertengahan tahun 2003, di kecamatan Kedung dan Pecangaan. Namun sekarang hampir semua kecamatan telah dijumpai penderita penyakit ini. Walaupun tidak sampai mewabah seperti di Bogor dan Bekasi, namun jumlah penderita penyakit ini semakin lama semakin  meningkat. Daerah yang terdapat banyak genangan air merupakan daerah yang banyak dijumpai penderita penyakit ini.
                                Gejala awal penyakit ini sangat mirip dengan penyakit Demam Berdarah, yaitu demam tinggi, nyeri perut dan ulu hati, sakit kepala, mual muntah, nyeri pada persendian dan adanya bintik-bintik merah pada tangan dan kaki. Masa inkubasi penyakit ini sejak mulai digigit nyamuk sampai mulai timbulnya gejala pertama kali adalah 2-5 hari, dengan gejala klinis yang ditimbulkan adalah 3-12 hari, hanya saja pada penyakit ini tidak disertai adanya kebocoran pembuluh darah, shock dan perdarahan hebat serta kematian seperti pada penyakit Demam Berdarah. Sifat penyakit Demam Chikungunya adalah “self limiting” atau dapat membatasi sendiri dan sembuh dengan sendirinya selama daya tahan tubuh penderita baik, hanya saja terdapat gejala sisa berupa nyeri persendian yang akan menghilang setelah 4-24 minggu.  Nyeri persendian inilah yang dirasakan sangat mengganggu aktivitas kerja orang dewasa, karena pada beberapa kasus akan menimbulkan kelumpuhan meskipun sementara. Pada anak-anak gejala sisa yang muncul adalah rasa meriang yang lama seperti flu, sedangkan pada orang dewasa rasa nyeri sendi itulah yang dominan.
Oleh karena itu sebagian masyarakat Jepara menyebut penyakit ini flu tulang. Keengganan penderita untuk menggerakkan anggota tubuhnya itulah yang sering dianggap sebagai kelumpuhan, padahal itu lebih disebabkan karena rasa nyeri yang sangat pada sendi jika bergerak.
                                Pengobatan pada penyakit ini tidaklah spesifik karena vaksin untuk pencegahan dan obat khusus penyakit ini memang belum ditemukan. Sehingga obat yang diberikan hanyalah obat penurun demam, dan penghilang rasa sakit pada sendi saja. Pemberian makanan bergizi dan istirahat yang cukup akan banyak membantu pemulihan penyakit ini. Demikian juga pemberian vitamin untuk peningkatan daya tahan tubuh seperti vitamin C 500mg dan vitamin B,untuk membantu metabolisme.           
                                Pencegahan penularan penyakit ini tentu saja sama dengan pencegahan wabah penyakit Demam Berdarah, seperti memutus mata rantai penularan dan siklus hidup nyamuk Aedes Aegepty dan Albopictus seperti mencegah genangan genangan air ada di sekitar rumah kita. Prinsip 3 M harus selalu diterapkan terutama saat musim penghujan, seperti menguras secara teratur bak mandi dan tempat minum burung atau binatang peliharaan, menutup tempat penampungan air dan menimbun kaleng,botol bekas dan ban – ban bekas agar tak digenangi air. Siklus hidup nyamuk dari telur sampai tumbuh menjadi nyamuk dewasa yang berkisar 7-10 hari harus diputus. Pintu dan jendela rumah harus selalu dibuka tiap pagi agar pertukaran udara berjalan lancar di dalam rumah sehingga tercipta lingkungan yang tidak ideal bagi pertumbuhan nyamuk.
Untuk itu ciptakanlah lingkungan sekitar yang bersih dan bebas dari genangan air, pola hidup yang bersih inilah yang akan menjauhkan kita dari penyakit, salam inspiratif !


Tidak ada komentar:

Posting Komentar