PENANGANAN FISIOTERAPI PADA LESI NERVUS RADIALIS
PENGERTIAN LESI NERVUS RADIALIS
Lesi nervus radialis atau dalam bAhasa medis yang lain sering disebut sebagai neuropati radialis adalah suatu kelainan fungsional dan struktural pada nervus radialis. Kelainan ini dipastikan dengan adanya bukti klinis, elektrografis atau morfologis yang menunjukkan terkenanya saraf tersebut atau jaringan penunjangnya.
Cedera di bagian saraf radial akibat trauma fisik, infeksi, atau bahkan paparan racun sering menjadi penyebabnya. Kondisi ini dapat menyebabkan kelemahan dan kesulitan menggerakkan pergelangan tangan atau jari, terutama pada daerah yang disarafi oleh Nervus Radialis dengan manifestasi yang berbeda tergantung penyebabnya.
PENYEBAB LESI NERVUS RADIALIS
Neuropati radialis dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang terjadi sendiri-sendiri atau secara bersamaan (multiple factors). Misalnya, penyebab diabetes melitus yang pada mulanya subklinis akan menjadi simptomatis sesudah adanya suatu trauma atau kompresi yang mengenai saraf. Penyebab lainnya meliputi:
1. Trauma/benturan, pada fraktur dan dislokasi, neuropati terjadi karena penekanan saraf
oleh fragmen tulang, hematoma, kalus yang terbentuk sesudah fraktur,
atau karena peregangan saraf akibat suatu dislokasi.
3. Toksik. Lebih spesifik mengenai nervus radialis adalah pada lead intoxication, gigitan ular, serangga atau binatang lain yang berbisa.
4. Penyakit vaskuler.
5. Neoplasma/ kanker.
GEJALA LESI NERVUS RADIALIS
Lesi nervus radialis biasanya
menyebabkan gejala di punggung tangan, di dekat ibu jari, dan di jari
telunjuk dan tengah. Gejala-gejalanya bisa berupa:
1. Sensasi
abnormal pada tangan atau lengan bawah (belakang tangan), sisi jempol
(permukaan radial) tangan, atau jari terdekat dengan jempol (jari kedua
dan ketiga).
2. Kesulitan meluruskan lengan pada siku.
3. Kesulitan menekuk tangan belakang pergelangan tangan, atau memegang tangan.
4. Mati rasa, sensasi yang berkurang, kesemutan, atau sensasi terbakar.
5. Nyeri.
DIAGNOSA LESI NERVUS RADIALIS
Untuk mendiagnosa dokter dapat melakukan anamnesa dan pemeriksaan pada tangan pengidap yang mengalami keluhan. Selain itu dokter dapat melakukan beberapa pemeriksaan tambahan untuk membantu dalam memastikan diagnosa, seperti :
1. Pemeriksaan
laboratorium. Dokter dapat merekomendasikan tes untuk menyingkirkan
penyebab lain dari gejala yang kamu alami. Misalnya, kamu mungkin perlu
menjalani tes darah untuk memeriksa kadar gula darah, fungsi ginjal dan
tiroid. Tes ini memeriksa tanda-tanda kondisi lain yang terkait dengan
kerusakan saraf, seperti diabetes, kekurangan vitamin, atau penyakit
ginjal dan hati.
2. Tes pencitraan. Sinar-X, ultrasound, dan MRI dapat membantu menemukan dan menilai tingkat keparahan kerusakan saraf.
3. Pemeriksaan
EMG (Elektromiografi). Lesi/Neuropati radialis dapat memperlambat atau
menghentikan transmisi sinyal listrik dalam tubuh. Mengukur kecepatan
dan derajat sinyal ini di saraf dapat membantu diagnosis.
4. Pemeriksaan Fisik, berupa pasien disuruh untuk melakukan gerakan gerakan tertentu seperti, menggenggam, nenggerakkan ibu jari,menggerakkan pergelangan tangan dll
PENANGANAN LESI NERVUS RADIALIS
Tujuan utama pengobatan adalah untuk membuat pengidapnya bisa menggerakkan tangan dan lengan dengan leluasa. Dokter atau Fisioterapis harus menemukan penyebabnya terlebih dahulu agar bisa mengobatinya. Dalam sejumlah kasus, neuropati radialis bisa pulih secara perlahan tanpa perlu melakukan perawatan khusus.
Pada pengidap neuropati radialis akibat fraktur atau dislokasi, perbaikan bisa terjadi spontan. Sementara pengidap dengan saturday night palsy biasanya akan membaik dalam 6-8 minggu atau kadang-kadang lebih lama. Timbulnya callus pada pasien pasca fraktur humeri/radius proksimal sering kali menekan Nervus Radialis yang melintas dibawahnya, sehingga proses penyembuhannya akan sangat tergantung dengan penekanan yang terjadi.Perawatan konservatif yang bisa dilakukan termasuk:
- Belat pergelangan tangan, atau penyangga untuk mendukung dan menstabilkan pergelangan tangan serta mempertahankan fungsi.
- Konsumsi obat antiinflamasi nonsteroid, seperti aspirin atau ibuprofen untuk mengatasi nyeri.
- Fisioterapi untuk membantu memulihkan gerakan melalui latihan.
- Suntikan anestesi lokal di dekat saraf untuk mengurangi rasa sakit.
Pembedahan dilakukan apabila terdapat sindrom terowongan radial, tumor dan robekan yang perlu direkonstruksi. Perbaikan ini mungkin melibatkan cangkok saraf, di mana saraf baru ditambahkan ke saraf yang rusak. Ini juga bisa melibatkan transfer saraf, di mana saraf lain dialihkan ke saraf yang terluka.
KOMPLIKASI
Jika saraf tidak sembuh sepenuhnya, komplikasi yang bisa terjadi adalah mati rasa atau kelumpuhan secara permanen. Untuk itu, penting untuk segera mengobati lesi Nervus Radialis
PENCEGAHAN LESI NERVUS RADIALIS
Salah satu langkah pencegahan
utamanya adalah menghindari tekanan yang berkepanjangan pada lengan
atas. Hindari perilaku yang dapat menyebabkan kerusakan saraf, seperti
gerakan berulang atau tetap dalam posisi sempit saat duduk atau tidur. Gunakan pelindung pada saat melakukan aktivitas aktivitas yang ekstrem atau berbahaya, terutama bagi lengan atas.
Jika kamu melakukan pekerjaan yang membutuhkan gerakan berulang, jangan lupa beristirahat dan beralih di antara tugas-tugas yang membutuhkan gerakan berbeda. Beberapa gaya hidup di bawah ini mungkin dapat membantu mencegah dan mengatasi neuropati/lesi nervus radialis:
1. Makan makanan sehat. Konsumsi berbagai jenis vitamin yang dapat membantu memulihkan saraf.
2. Hindari mengonsumsi alkohol. Alkohol dapat mengakibatkan kerusakan dan meracuni saraf.
3. Pertimbangkan rangsangan saraf pada otot dalam pemeriksaan pada kulit.
4. Ikuti instruksi dokter dan Fisioterapis.
PENANGANAN FISIOTERAPI
Pemberian priogram fisioterapi pada dasarnya tergantung berat dan ringannya lesi/kerusakan yang ditimbulkan. Beberapa program fisioterapi yang sering diberikan :
1. Sinar infra merah, diberikan untuk memberikan efek rileksasi pada otot dan jaringan yang terkena, namun harus dipertimbangkan adanya kelemahan/penurunan sensasi rasa yang ditimbulkan penyakit ini.
2. Pemberian stimulasi listrik untuk merangsang kontraksi otot yang mengalami kelemahan.
3. Terapi latihan untuk mencegah adanya kontraktur dan melatih gerakan otot yang mengalami kelemahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar