-->
HALO..!CHIKUNGUNYA,
MULAI
AKRAB MENYAPA ANDA
Kita mungkin
telah akrab dan mengenal dengan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh nyamuk
seperti Malaria dan Demam Berdarah. Dimana kedua penyakit yang disebabkan oleh
nyamuk tersebut, termasuk merupakan penyakit yang berbahaya yang mematikan
apabila terlambat dalam penanganannya. Nah, selain penyakit Demam berdarah dan
Malaria, masih ada satu lagi penyakit yang disebabkan karena nyamuk, meskipun
tidak seganas dan mematikan seperti Malaria dan Demam Berdarah, namun akibatnya
justru lebih menyebalkan. Penyakit itu adalah Demam Chikungunya. Penyakit ini
relative baru hadir di Indonesia, termasuk di Kabupaten Jepara. Dari data yang
masuk di RSU RA Kartini Jeparapun jumlah penderitanya juga tidak terlalu
banyak. Hal ini dimungkinkan karena penyakit ini masih bisa ditangani di
puskesmas-puskesmas yang ada di Kabupaten Jepara.
Istilah
Chikungunya sendiri berasal dari bahasa ‘Kimokande’dan ‘swahili’ ( sebuah suku
di Mozambik, Afrika ) yang artinya “ membengkok “, dan memang penyakit ini
sendiri ditemukan pertama kali di Negara tersebut dan meluas sampai ke Negara
lain di Afrika dan sebagian Asia Selatan. Dan kini penyakit Demam Chikungunya
telah mulai merambah ke Asia Timur, Tenggara, Australia termasuk Indonesia dan
Kabupaten Jepara tentunya.
Demam
Chikungunya merupakan salah satu
penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus ( dalam hal ini termasuk
golongan ‘alphavirus ‘ famili togaviridae), dimana virus ini hidup dalam tubuh
nyamuk, sehingga menular dari manusia ke manusia lewat gigitan nyamuk. Nyamuk
yang membawa virus ini adalah aedes aegypty dan aedes albopictus.
Di Indonesia
penyakit ini pertama kali dijumpai di Samarinda pada tahun 1973 lalu muncul di
Jambi, Riau sampai akhirnya ke Ternate dan Maluku pada tahun 1983-1984.
Kemudian
penyakit ini sempat “menghilang” lebih dari 15 tahun, hingga kemudian menjadi
KLB di Muara Enim, Aceh dan sekitarnya pada tahun 2001. Pada tahun 2002
penyakit ini muncul di Jawa Barat bagian utara dan selatan serta Jawa Tengah bagian Selatan. Selanjutnya
sampai sekarang penyakit ini telah merambah seluruh Indonesia kecuali Papua.
Di Kabupaten
Jepara, penyakit ini baru dijumpai pada pertengahan tahun 2003, di kecamatan
Kedung dan Pecangaan. Namun sekarang hampir semua kecamatan telah dijumpai
penderita penyakit ini. Walaupun tidak sampai mewabah seperti di Bogor dan
Bekasi, namun jumlah penderita penyakit ini semakin lama semakin meningkat. Daerah yang terdapat banyak
genangan air merupakan daerah yang banyak dijumpai penderita penyakit ini.
Gejala awal
penyakit ini sangat mirip dengan penyakit Demam Berdarah, yaitu demam tinggi,
nyeri perut dan ulu hati, sakit kepala, mual muntah, nyeri pada persendian dan
adanya bintik-bintik merah pada tangan dan kaki. Masa inkubasi penyakit ini
sejak mulai digigit nyamuk sampai mulai timbulnya gejala pertama kali adalah
2-5 hari, dengan gejala klinis yang ditimbulkan adalah 3-12 hari, hanya saja
pada penyakit ini tidak disertai adanya kebocoran pembuluh darah, shock dan
perdarahan hebat serta kematian seperti pada penyakit Demam Berdarah. Sifat
penyakit Demam Chikungunya adalah “self limiting” atau dapat membatasi sendiri
dan sembuh dengan sendirinya selama daya tahan tubuh penderita baik, hanya saja
terdapat gejala sisa berupa nyeri persendian yang akan menghilang setelah 4-24
minggu. Nyeri persendian inilah yang
dirasakan sangat mengganggu aktivitas kerja orang dewasa, karena pada beberapa
kasus akan menimbulkan kelumpuhan meskipun sementara. Pada anak-anak gejala
sisa yang muncul adalah rasa meriang yang lama seperti flu, sedangkan pada
orang dewasa rasa nyeri sendi itulah yang dominan.
Oleh karena itu
sebagian masyarakat Jepara menyebut penyakit ini flu tulang. Keengganan
penderita untuk menggerakkan anggota tubuhnya itulah yang sering dianggap
sebagai kelumpuhan, padahal itu lebih disebabkan karena rasa nyeri yang sangat
pada sendi jika bergerak.
Pengobatan pada
penyakit ini tidaklah spesifik karena vaksin untuk pencegahan dan obat khusus
penyakit ini memang belum ditemukan. Sehingga obat yang diberikan hanyalah obat
penurun demam, dan penghilang rasa sakit pada sendi saja. Pemberian makanan
bergizi dan istirahat yang cukup akan banyak membantu pemulihan penyakit ini.
Demikian juga pemberian vitamin untuk peningkatan daya tahan tubuh seperti
vitamin C 500mg dan vitamin B,untuk membantu metabolisme.
Pencegahan
penularan penyakit ini tentu saja sama dengan pencegahan wabah penyakit Demam
Berdarah, seperti memutus mata rantai penularan dan siklus hidup nyamuk Aedes
Aegepty dan Albopictus seperti mencegah genangan genangan air ada di
sekitar rumah kita. Prinsip 3 M harus selalu diterapkan terutama saat musim
penghujan, seperti menguras secara teratur bak mandi dan tempat minum burung
atau binatang peliharaan, menutup tempat penampungan air dan menimbun
kaleng,botol bekas dan ban – ban bekas agar tak digenangi air. Siklus hidup
nyamuk dari telur sampai tumbuh menjadi nyamuk dewasa yang berkisar 7-10 hari
harus diputus. Pintu dan jendela rumah harus selalu dibuka tiap pagi agar
pertukaran udara berjalan lancar di dalam rumah sehingga tercipta lingkungan
yang tidak ideal bagi pertumbuhan nyamuk.
Untuk itu
ciptakanlah lingkungan sekitar yang bersih dan bebas dari genangan air, pola
hidup yang bersih inilah yang akan menjauhkan kita dari penyakit, salam
inspiratif !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar