REHABILITASI SECARA MENYELURUH
DIPERLUKAN BAGI
PENDERITA DOWN SYNDROM
Disusun oleh
WAHID NUR AZIS
( FISIOTERAPI RSU RA KARTINI JEPARA)
Mungkin
diantara kita tidak banyak yang tahu jika bertepatan dengan tanggal 21 Maret
selalu diperingati sebagai Hari Down Syndrom. Dan mungkin juga banyak pula yang
tidak tahu tentang apa itu Down Syndrom. Down Syndrom merupakan suatu kondisi
keterbelakangan perkembangan fisik dan mental pada seseorang yang diakibatkan
oleh adanya abnormalitas perkembangan khromosom didalam rahim pada janin.
Dimana khromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang khromosom untuk saling
memisahkan diri. Khromosom yang gagal memisahkan diri ini terdapat pada
khromosom 21. Pada bayi normal akan terdapat 23 pasang khromosom ( 46 khromosom
) dengan hanya sepasang khromosom 21(2 khromosom), pada bayi dengan kelainan
Down Syndrom terdapat 3 khromosom 21, sehingga jumlah total khromosom menjadi
47 khromosom. Ciri-ciri utama yang dapat dikenali dari penyakit ini adalah
pertumbuhan badan yang relatif pendek, kepala mengecil, hidung datar seperti
orang mongol dan pertumbuhan rambut yang relatif jarang dan kadang berwarna
pirang.
Di beberapa daerah sendiri penyakit ini mulai sering dijumpai, sebagai
perbandingan, WHO sendiri memperkirakan terdapat 1 dari 700-1000 kelahiran
hidup sebagai penderita Down Syndrom. Dengan jumlah 4-5 juta penderita di
seluruh dunia, dan sekitar 400-500 ribu diantaranya terdapat di Indonesia.
Sayang sekali untuk beberapa daerah jumlah keseluruhan penderita ini tidak
dapat dilaporkan secara pasti. Hal ini dikarenakan masih banyak orangtua
penderita Down Syndrom yang malu atau enggan memeriksakan putra-putrinya ke
Institusi Kesehatan setempat. Masih adanya anggapan bahwa penyakit ini
merupakan kutukan menjadi salah satu kendalanya. Padahal penyebab penyakit ini
sendiri saat ini masih belum diketahui secara pasti. Hanya saja banyak dijumpai
pada ibu hamil yang melahirkan pada usia diatas 35 tahun, dan pada suami istri
yang masih berkerabat dekat.
Pada
penderita penyakit ini akan dijumpai beberapa kelainan. Diantaranya tidak
menutupnya secara sempurna katup jantung, kelainan esophagus yang terlalu
sempit, lubang pengeluaran saluran cerna ( anus ) yang terlalu sempit atau
bahkan tidak terbentuk sama sekali, kelemahan otot, ruang gerak sendi yang
terlalu luas, dan gangguan perkembangan. Hanya saja tidak semua penderita Down
Syndrom ini akan mengalami hal-hal tersebut diatas.
Secara
umum penderita Down Syndrom memang tidak bisa disembuhkan, namun bisa diberikan
program terapi yang berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
Program Rehabilitasi secara menyeluruh akan diperlukan bagi penderita, meliputi
penanganan secara motoris, persepsi, kognitif dan mental. Di rumah sakit, program Rehabilitasi Medis yang siap untuk menangani penderita penyakit ini
secara berkesinambungan agar kualitas hidup mereka bisa meningkat.
Program
yang diberikan meliputi Okupasi Terapi, Terapi Wicara dan Psikologi klinis.
Program Okupasi Terapi akan memberikan latihan-latihan
yang adekuat bagi penderita Down Syndrom agar meningkat kekuatan ototnya,
keseimbangan tubuhnya dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
Program Terapi Wicara akan memberikan latihan-latihan olah suara, komunikasi
dan berbicara secara normal sehingga memudahkan penderita dalam
berhubungan/berinteraksi sosial dengan orang lain. Program psikologi akan
memberikan terapi-terapi untuk meningkatkan kemampuan otak dalam berpikir dan
meningkatkan perkembangan mentalnya. Penderita Down Syndrom yang mendapatkan
program rehabilitasi secara komprehensif dan benar biasanya akan dapat tumbuh
dan berkembang secara normal. Bahkan beberapa diantaranya mempunyai prestasi
tersendiri di satu bidang tertentu. Hal ini didukung oleh kenyataan bahwa
mereka mempunyai satu khromosom lebih banyak daripada orang normal, tentu ada
manfaat yang bisa didapat dari kenyataan tersebut. Hanya saja untuk
mewujudkannya diperlukan jalan yang berliku dan perlu kesabaran yang ekstra
tinggi.
Oleh
karena itu diharapkan bersamaan dengan momentum Hari Down Syndrom ini,
masyarakat menjadi lebih dewasa dalam menyikapi keadaan putra-putrinya
yang mengalami penyakit ini. Diantaranya dengan tidak malu lagi untuk
menghubungi rehabilitasi medik di rumah sakit terdekat, dan mengikuti program rehabilitasi secara
kontinyu dan penuh kesabaran agar didapatkan putra-putri Indonesia yang mandiri dan berdaya guna.
( gambar dari wikipedia )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar